hidup ini sunyi tanpa nafas cintamu,
hidup ini sepi tanpa tawamu, diri ini senyap tanpa kasihmu,
jangan hapus aku dari angan mu,jangan hilangkan aku dari asa mu.
jangan larang aku tuk slalu mencintaimu,
jangan hentikan aku tuk wujudkan impian kita.
sebab tak ada yang lebih berarti dalam hidup ini tanpa hadirmu. maaf kan atas kekhilafan ku.
aku mencintaimu

Selasa, 06 September 2011

cinta tanpa syarat

Do you believe in love? I do.

Percaya bahwa ada cinta tanpa syarat, unconditional love? Saya sedang mengalami jenis cinta yang seperti itu. Karenanya, ya, saya percaya.

Saya tahu, ada cinta yang tak meminta apa-apa. Bahkan tidak juga kadar cinta yang sama sebagai balasannya. Kalau saya memberimu lima, maka kamu harus memberi saya lima.

Cinta, seharusnya, adalah perkara sederhana. Manusia dan nilai-nilai buatan manusialah yang membuatnya rumit. Ketika ia mulai melibatkan yang duniawi, hitung-hitungan untung rugi, jadilah kita pedagang. Lantas rasa yang seharusnya murni itu tidak lagi sederhana.

Aku mencintai kamu, maka kamu harus mencintaiku. Jika kamu berhenti mencintai, maka habis pula cintaku untukmu.

Kamu milikku, karena sudah kuserahkan hatiku kepadamu.

Betapa matematis dan penuh dengan perhitungan.
Membaca lagi tulisan mas Iman Brotoseno, yang dipublish di blog beliau tiga tahun yang lalu, mau tidak mau, saya jadi berpikir tentang cinta tanpa syarat ini. Saya tertawa, meski entah untuk apa, ketika sampai di bagian akhir tulisan:

Sebagaimana ia memahkotaimu, cinta juga menyalibmu.

Mencintai tanpa meminta imbalan apa-apa, memberikan hatimu tanpa syarat kepada seseorang yang kau pilih, memang punya dua sisi yang saling melengkapi. Ia membahagiakan, meski kadang menyakiti. Cinta itu indah, walau sesekali memunculkan perih. Ia menerima apa adanya. Tanpa cemburu. Tanpa tendensi untuk mendapatkan lebih.

Saya mengalaminya. Barangkali, ini jugalah yang sedang dialami oleh kekasih saya. Saya tak pernah tahu, dan tidak ingin tahu.

Saya hanya ingin mencintai. Perkara apakah dia akan mencintai saya sebanyak yang saya berikan untuknya, itu bukan lagi urusan saya. Jika suatu hari nanti cintanya untuk saya mulai terkikis, itu pun bukan urusan saya.

Saya telah memilih dia, dengan siapa saya ingin melewati sisa usia. Dengan segala ketaksempurnaannya. Selengkapnya...

google3f75d44a0e891a2b.html